Kamis, 11 Februari 2016

LAPORAN KIMIA ANALITIK



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
SPEKTROFOTOMETRI
Oleh
Nama   : Dani Ramdani
NIM    : D1A140979



http://logokampus-kampus.googlecode.com/files/logo%20unfari.png




LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL GHIFARI
BANDUNG
2015








BAB I
TUJUAN DAN PRINSIP



1.1 tujuan
            Menentukan konsentrasi ion sulfat (SO42-) secara turbidimetri


2.1 prinsip
            berdasarkan hukum lambert beer penentuan ion sulfat (SO42-) secara peinsipnya yaitu ion sulfart bereaksi dengan barium klorida (BaCl4) membentuk suspensi barium sulfat ( BaSO4) Turbiditas atau kekeruhan dan suspensi barium sulfat siukur dengan spektrofotometer sinar tampak.




























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 pengertian spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar makromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan fototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat yang di gunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan atau absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorbsi atomic (Hardjadi, 1990).                                
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kebetulan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2002).                                                                
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap.

2.2Macam-macam spektrofotometri dan perbedaannya
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut:                                                       
1. Spektrofotometri Vis (Visible)                    
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya variable termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang didapat berwarna putih, merah, biru, hijau, apapun itu, selama ia dapat dilihat oleh mata. Maka sinar tersebut termasuk dalam sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolform merupakan unsur kimia dengan simbol W dan nomor atom 74. Tungsten memiliki titik didih yang tinggi (34 22 oC) dibanding logam lainnya. Karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagen yang digunakan harus benar-benar spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil.
2. Spektrofotometri  UV (Ultraviolet)                                                                                  
Berbeda dengan spektrofotometri  visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah dilaut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutrron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteras yang berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki 2 partikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi dengan mata kita maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau sentifungi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid/ suspensi.        
3. Spektrofotometri UV-Vis                                                                                                 
Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Dibawah ini adalah persamaan Lamber beer:
                                    A = - log T      = ε.b.c
Dimana :        
A = Absorbans                                                                                              
T = Transmitan                                                                                                          
ε = absorvitas molar (Lcm-4 . mol-1)                                                                          
c = panjang sel (cm)                                                                                                  
b = konsentrasi zat (mol/jam)
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau unsur adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara selektif sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan (Day dan Underwood, 1986).
4. Spektrofotometri Inframerah                                                                                            
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar pada penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya inframerah terbagi menjadi inframerah dekat, inframerah pertengahan dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 25-1000 µm. Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk mengidentisifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik. Setiap  serapan  pada  panjang  gelombang  tertentu menggambarkan adanya suatu
gugus fungsi spesifik.
Penadahan
Panjang Gelombang
Frekwensi, Hz
Bilangan Gelombang cm-1
Satuan umum
Meter
Sinar – X
10 y – 104 Ǻ
10-12 – 10-8
1020 – 1016

Ultra ungu jauh
10 – 200 nm
10-2 – 2x10-7
1016 – 1015

Ultra ungu dekat
200 – 400 nm
2x10-7 – 4,0x10-7
1015 – 7,5x10-4

Sinar tampak
400 – 750 nm
4,0x10-7 – 7,5x10-7
7,5x1014 – 4x1014
25000 – 13000
Inframerah dekat
0,75 – 2,5 µm
7,5x10-7 – 2,5x10-6
4x1014 – 1,2x1014
13000 – 4000
Inframerah pertengahan
2,5 – 50 µm
2,5x10-6 – 5,0x10-5
1,2x1014 – 6x1012
4000 – 200
Inframerah jauh
50 – 1000 µm
5,0x10-5 – 1x10-3
6x1012 – 1011
200 – 10
Geombang mikro
0,1 – 100 cm
1x10-3 – 1
10– 108
10 – 10-2
Gelombang radio
1 – 1000 m
1 - 103
108 - 105























2.3.   Penentuan Sulfat (SNI 06-6989.20-2004)
Penentuan sulfat dilakukan dengan metode turbidimetri. Pada metode ini digunakan reagen kondisi dan kristal barium klorida. Prinsipnya yaitu terbentuknya koloid BaSOberupa larutan keruh karena anion sulfat akan bereaksi dengan barium klorida dalam suasana asam. Larutan ini kemudian diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm (Aprianti, 2008).
Batas kadar sulfat terlarut yang terdapat dalam air yang dapat diukur adalah 1-40 mg/L pada panjang gelombang 420 nm (SNI 06-2426-1991). Ion sulfat diendapkan dalam suatu medium HCl dengan BaCl2 sehingga terbentuk koloid barium sulfat.
                                    SO42- + BaCl2 → ↓ putih BaSO4 + 2Cl-
 Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :
·         Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang dating Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalamlapisan medium yang keruh.
.
Prinsip spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter, dan nefelometer. Untuk turbidimeter, absorpsi akibat partikel yang tersuspensi diukur sedangkan pada nefelometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur. Meskipun presisi metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedang akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel. Setiap instrument spektroskopi absorpsi dapat digunakan untuk turbidimeter, sedangkan nefelometer memerlukan resptor pada sudut 900C terhadap lintasan cahaya. Metode nefelometer kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada konsentrasi lebih tinggi, absorpsi bervariasi secara linear terhadap konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi lebih rendah untuk sistem koloid Te dan SnCl2, tembaga ferrosianida dan sulfide-sulfida logam berat tidak demikian halnya. Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil. Suatu gelatin pelindung koloid biasanya digunakan untuk membentuk suatu disperse koloid yang seragam dan stabil.
Ketika menggunakan kurva kalibrasi konvensional, maka harus diketahui bahwa perbandingan respon/konsentrasi adalah sama baik di dalam sampel maupun didalam larutan standar.
2.4 faktor – faktor
Ada dua keadaan yang dapat menyebabkan ketidak-akuratan ketika menggunakan kurva kalibrasi, yaitu:
1.    Faktor-faktor yang berada didalam sample yang mengubah perbandingan respon/konsentrasi, tetapi factor tersebut tidak ada didalam larutan standar (misalnya perubahan pH, kekuatan ion, kekeruhan, viskositas, gangguan kimia dan lain lain). Faktor-faktor tersebut akan mengubahkemiringan (slope) kurva kalibrasi.
2.    Faktor yang tampak/kelihatan pada alat pendeteksi misalnya warna atau kekeruhan sample yang menyerap atau menghamburkan cahaya pada panjang gelombang pengukuran.  Faktor initidak berpengaruh terhadap  slopekurva kalibrasi.

Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer, yaitu:
A = – log T = – log It / I0 = ε . b . C
Dimana:           A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Serapan molar
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel
(Tahir, 2009).
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki satuan dan biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Serapan molar pada persamaan di atas adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa banyak cahaya yang diserap oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang tertentu. Semakin besar nilai serapan molar suatu zat maka semakin banyak cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan semakin besar.
Hukum Lambert-Beer di atas berlaku pada larutan dengan konsentrasi kurang dari sama dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat. Namun, pada larutan dengan konsentrasi pekat maka satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul terlarut lain sebagai akibat dari kedekatan masing-masing molekul pada larutan dengan konsentrasi yang pekat tersebut. Ketika satu molekul dekat dengan molekul yang lain maka nilai serapan molar dari satu molekul itu akan berubah atau terpengaruh. Secara keseluruhan, nilai absorbansi yang dihasilkan pun ikut terpengaruh, sehingga secara kuantitatif nilai yang ditunjukkan tidak mencerminkan jumlah molekul yang diukur di dalam larutan uji.
Adapun instrument dari spektrofotometri UV-vis yaitu:
1. Sumber radiasi
Sumber radiasi pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber  radiasi pada spektrofotometer UV-Vis ada tiga macam:
1.      Sumber radiasi Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 380-900 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000 jam pemakaian.
2.      Sumber radiasi Deuterium. Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energi radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
3.      Sumber radiasi merkuri. Sumber radiasi ini memiliki panjang gelombang 365 nm.

2.5 Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :
1.      Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
2.      Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.
3.      Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.


4.      Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.













BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 cara kerja
a.       pembuatan pereaksi A
Ditimbang 3,75 g NaCl, lalu dimasukan ke dalam labu ukur 25 ml, dilarutkan dengan 14 ml aquabidest, ditambahkan 1,5 ml HCl (p) dsn 1,25 ml gliserol kemudian ditambahkan lagi aquabidest sampai tanda batas
b.      Pembuatan larutan standar sulfat
Ditimbang 0,0148 g Na2SO4, lalu dimasukan kedalam labu ukur 100 ml kemudian ditambahkan aqubidest sampai tanda batas
c.       pengenceran larutan standar sulfat
larutan Na2SO4 dipipet masing – masing sebanyak 0,5 ; 1,5 ; 2,5 ; 3,5 ; 4,5 dan 12,5 ml kedalam labu ukur 50 ml, kemudian ditambahkan dengan aquabidest sampai tanda batas
d.      Perngukuran aturbidans (s) larutan standar sulfat
larutan Na2SO4engan variasi konsentrasi 1; 3; 5; 7; 9 dan 25 ppm hasil pengenceran masing – masing dipipet senbanyak 10 ml, dimasukan ke dalam beaker glass, ditambahkan 0,5 ml pereaksi A kemudian diaduk dengan kecepatan konstan ± 60 detik, dan ditambahkan 0,02 g BaCl2 (selama / pada saat pengadukan) sehingga terbentuk suspensi BaSO4
Dilanjutkan dengan pengukuran turbidans (s) pada λ 340 nm untuk masing – masing perlakuan di atas, kemudian dibuatlah kurva kalibrasi
e.       Penentuan konsentrasi ion sulfat (SO42-)
sampel di pipet sebanyak 10 ml kedalam beaker glass, ditambahkan 0,5 ml pereaksi A kemudian diaduk dengan kecepatan konstan ± 60 detik dan tambahkan 0,02 g BaCl2 (selama /pada saat pengadukan) sehingga terbentuk suspensi BaSO4
dilanjutkan dengan pengukuran turbidans (s) pada λ 340 nm, kemudian dilakukan penentuan konsentrasi ion sulfat sampel berdasarkan kurva kalibrasi
3.2 alat yang digunakan
1.      labu ukur
2.      pipet volume
3.      beaker glass 50 ml
4.      spektrofotometri
3.3 bahan yang digunakan
1.      NaCl
2.      HCl (p)
3.      gliserol
4.      Na2SO4
5.      BaCl2
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil percobaan
NO
Sampel ID
Conc
WL 340,0
1
Sampel 1

0,996
2
Sampel 2

0,131
3
Sampel 3

0,316
4
Sampel 4

0,257
5
Sampel 5

0,123
6
Sampel 6

0,214

4.2 pembahasan
Kekeruhan air dalam istilah tekniknya biasanya disebut turbiditas atauturbidan. Kekeruhan dapat diukur dalam banyak cara. Secara tradisional, metodeJackson Candle dapat digunakan untuk mengukur kekeruhan. Hasilnya dinyatakansebagai
Jackson Turbidity Unit 
 (JTU). Namun, metode ini tidak dapat mengukurkekeruhan dalam konsentrasi rendah sehingga harus digunakan turbidimeter.Turbidimetri adalah suatu metoda analisis kuantitatif yang berdasarkan pada pelenturan sinar oleh suspensi zat padat. Pada dasarnya yang diukur adalah perbandingan antara intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar mula-mula. Sinar yang dipancarkan oleh lampu (sumber cahaya) akan dipantulkan olehcermin cekung dan kemudian dijatuhkan pada contoh yang mengandung partikelyang tersuspensi. Sinar yang jatuh pada partikel-partikel yang tersuspensitersebut akan ditebarkan/dihamburkan. Kemudian sinar yang dihamburkan olehcuplikan akan ditangkap oleh nephelometer yang mana arahnya tegak lurus ( 90º )dari sumber cahaya. Sinar yang diteruskan ditangkap oleh pengamat yang arahnyamembentuk garis lurus dari sumber cahaya disebut turbidimeterPercobaan kali ini akan mengukur kadar atau konsentrasi sulfat denganmenggunakan spektrometer berdasarkan prinsip turbiditas/kekeruhan. Dimanasulfat akan berekasi dengan kristal BaCl2dan buffer NaCL-HCL akanmembentuk koloid tersuspensi (kekeruhan). Semakin tinggi konsentrasi sulfat,maka semakin keruh cairan yang bersangkutan (Mulyono 2007). PenambahanHCL-NaCL ini adalah untuk menjaga pH larutan, karena apabila pada pH > 8sulfida membentuk ion sulfida namun pada pH < 8 sulfida cenderung dalam bentuk HS yang akan melepas gas yang berbau busuk. Dan penambahan larutanini adalah untuk menstabilkan suspensi koloid BaSO4yang akan terbentuk.Penambahan gliserol-etanol ini akan menghasilkan larutan yang menjadi agakkental (Chen 2011). Kekentalan ini akan menjaga suspensi koloid stabil danmerata (endapan tidak mengendap), sehingga kekeruhan dapat diukur padaspektrofotometer. Kemudian dilakukan penambahan BaCl2dimana BaCl2 iniakan bereaksi dengan sulfat sehingga menghasilkan BaSO2Kemudian larutandidiamkan selama 3-5 menit, hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan agar pereaksi bereaksi sempurna dan koloid yang dihasilkan stabil. kemudian diukurabsorbansinya pada Panjang gelombang yang digunakan adalah sebesar 477 nm,karena sulfat akan optimal terbaca pada panjang gelombang 477 nm. Turbiditasatau kekeruhan berbanding lurus dengan konsentrasi. Dengan demikian setiapkenaikan konsentrasi akan meningkat pula kekeruhan larutan. Hal ini disebabkankarena semakin tinggi konsentrasi larutan maka keberadaan partikel-partikel kecil penyusun koloid BaSO4 akan semakin tinggi. Keberadaan partikel-partikel inimenyebabkan kekeruhan yang makin tinggi (Khopkar 2003). Partikel-partikel iniakan berada saling rapat didalam larutan yang memungkinkan pembiasan cahayalebih banyak.Pada awalnya yang diukur adalah larutan blanko 0 ppm. Fungsi darilarutan blanko adalah sebagai faktor koreksi terhadap pelarut dan pereaksi yangdigunakan. Sehingga pada pengukuran blanko ini adalah pengukuran serapanuntuk pelarut dan pereaksinya. Kemudian pengukuran dilakukan pada larutanstandar 8.7, 17.4, 26.1, 34.8, 43.5, dan 52.2 ppm (Tabel 1). Sebelum pengukuranmasing-masing larutan deret standar, larutan dikocok terlebih dahulu agarsuspensi koloid merata saat diukur. Sehingga bila dilihat dari grafik, semakin besar konsentrasi maka nilai NTUnya pun semakin besar, dimana garis yangterbentuk adalah garis linear terlihat pada Gambar 1. Garis linear yang dihasilkanini menunjukan bahwa absorbansi adalah fungsi dari konsentrasi. Denganmendapatkan persamaan garis linear pada grafik, maka konsentrasi sampel dapatdihitung. Selain dengan cara menghitung dari persamaan garis konsentrasi sampeldapat juga ditentukan dengan menginterpolasikan langsung kedalam grafik. Darigrafik yang telah dibuat didapat regeresi linear sebesar 0.972. Nilai inimenunjukan koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besarsehingga linearitas dari kurva adalah baik, dimana grafik memenuhi syarat sebagaigaris linear untuk penentuan konsentrasi sampel. Dari hasil pengukuran sampel,didapat konsentrasi rata-rata sampel 1 sebesar 103.4750 ppm dan konsentrasi rata-rata sampel 2 sebesar 54.6275 ppm. Konsentrasi standar maksimal yangditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No : 907/MENKES/VII/2002 untuk sulfatdalam air minum adalah sebesar 250 mg/L atau sebesar 24.22 ppm (Sutanto danIryani 2011). Dapat dikatakan konsentrasi sulfat dalam air pada percobaan inimemiiki konsentrasi yang lebih besar dibandingkan dengan peraturan dari peraturan yang ditetapkan. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhikesalahan diantaranya terjadi ketika saat pengocokan kurang maksimal, penambahan pereaksi kurang cermat, dan larutan yang sudah terkontaminasi











5.1  KESIMPULAN
Dari hasil yang telah di dapat konsentrasi larutan ion sulfat tidak sempurna ataupun gagal, itu kemungkinan dalan membuat  pereaksi kurang teliti sehingga terjadi perbedaan nilai konsentrasi.
























DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar